Selamat Datang

Senin, 23 April 2012

Pendewasaan Kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG Persoalan kepemimpinan selalu menarik untuk dibicarakan. Dalam hidup ini kepemimpinan sudah merupakan hal umum yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, Baik itu kepemimpinan dalam sekala besar maupun dalam sekala kecil kecil. Banyak literature tentang kepemimpinan yang menyampaikan uraian dan kupasan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik dan efektif. Suatu organisasi dalam sekala apapun akan mengalami kemajuan ataupun kemunduran, kesuksesan dan juga kegagalan.

 Faktor penting yang berpengaruh terhadap kondisi organisasi adalah kepemimpinan. Bagaimana peran pemimpin dalam menahkodai organisasi itu menuju tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat dua pandangan ekstrim terhadap kepemimpinan. Pertama beranggapan bahwa individu akan menjadi pemimpin yang efektif karena sudah membawa bakat kepemimpinan sejak lahir. Kelompok ini beranggapan bahwa apapun adanya dalam kelahirannya ke dunia individu ini sudah dibarengi dengan kepastian bahwa ia akan menjadi seorang pemimpin. Contohnya, putra seorang raja, ia dilahirkan memang untuk memimpin rakyatnya menggantikan ayahnya suatu saat nanti. Pandangan kedua mengemukaakan bahwa pemimpin yang baik dan efektif itu hanya dapat bentuk dan ditempa. Kelompok ini meyakini bahwa untukn menjadi seorang pemimpin harus dilalui dengan tahapan-tahapan tertentu, seperti pendidikan dan pelatihan, juga melalui tempaan pengalaman dalam kehidupan nyata sehingga individu tersebut betul-betul memilki kemampauan untuk memimpin. Efektifitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa (Gunawan, 1976 : 84) Secara ilmiah yang paling dapat dipertanggung jawabkan adalah jenis kepemimpinan yang berada diantara kedua pandangan tersebut. Bahwa dengan bakat yang dimilki ditambah dengan tempaan pendidikan dan pengalaman akan membentuk individu yang memiliki kemampuan memimpin yang efektif. 1.1 Rumusan masalah Penulisan Dalam tulisan ini kami akan berusaha memaparkan : a. Apakah kepemimpinan itu ? b. Apakah grid atau type kepemimpinan ? c. Apakah pengertian dewasa dan pendewasaan dalam kepemimpinan ? d. Bagaimana mendewasakan pemimpin melalui grid type kepemimpinan ? 1.2 Batasan masalah penulisan. Tulisan ini mengulas masalah kepemimpinan. Namun karena masalah kepemimpinan itu begitu luas, maka kami membatasi paparan ini dan hanya terfocus pada “Pendewasaan pemimpin melalui Grid Type Kepemimpinan”. 1.3 Tujuan dan manfaat Penulisan • Menelaah Pengertian dan grid type kepemimpinan • Menelaah pengertian, sifat dan ciri-ciri kepemimpinan yang efektif • Dengan memahami type kepemimpinan seorang pemimpin/calon pemimpin akan memiliki kemampuan/kematangan dalam melakukan kegiatannya sebagai pemimpin. (Kedewasaan) 1.4 Prosedur Penulisan 1. Telaah dari berbagai buku pustaka, 2. Penulisan makalah terdahulu, 3. Media elektronik 2. PENGERTIAN 2.1 Pengertian Kedewasaan dan Pendewasaan Menurut David Chaney (dalam http:/www.scribd.com/doc/29395404/19 pengertian dewasa dan ciri-ciri kedewasaan) seorang yang disebut dewasa adalah individu yang telah siap untuk menerima kedudukan dalam masyarakat. Sedangkan kedewasaan atau kematangan, adalah suatu keadaan bergerak maju kearah kesempurnaan. Pendewasaan adalah merupakan sebuah tataran dimana individu memiliki rasa ingin untuk tahu lebih dalam terhadap sebuah persoalan dan lebih selektif dalam menerima dan menggunakan informasi sebagai pertimbangan dalam menentukan sebuah pilihan. 2.2 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah hubungan dimana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk bekerjasama secara suka rela dalam usaha mengerjakan tugas-tugas yang saling berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan. Banyak definisi tentang kepemimpinan yang diuraikan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah : a. Ordway Tead (dalam Kartini Kartono, 1994 : 49) menyatakan Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. b. George R. Terry (dalam Kartini Kartono, 1994 : 49) menyatakan Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok. c. K. Hemphill (dalam M. Toha, 1996 : 27) mengemukakan bahwa Kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. d. Prof. Kimball Young (dalam Kartini Kartono, 1994 : 50) menyatakan Kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemauan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu, berdasarkan ekspresi atau penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus. Dari definisi tersebut dapatlah dimenarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggerakan, dan mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama dalam situasi tertentu. 2.3 Pengertian Grid atau Type kepemimpinan Terdapat banyak model managerial grid. Dalam tulisan ini kami tampilkan beberapa diantaranya. Namun sebelumnya kita perlu tahu dulu pengertian tentang gdid atau type kepemimpinan. Grid atau gaya kepemimpinan adalah suatu pola prilaku pemimpin yang digunakan untuk mempengaruhi aktivitas orang-orang yang dipimpin dalam suatu kelompok atau organisasi, dimana situasinya dapat berobah-obah, bagaimana pemimpin mengembangkan program organisasi, menegakkan disiplin yang sejalan dengan tata tertib yang telah dibuat, memperhatikan kesejahteraan, serta bagaimana pimpinan berkomunikasi dengan bawahan, secara pertikal maupun horizontal. 3. Jenis dan Ciri-Ciri Grid Type Kepemimpinan Type kepemimpinan yang sering kita temui dalam keseharian dapt digolongkan dalam lima golongan yaitu; a. Type kepemimpinan Otokratis b. Type kepemimpinan militeristis c. Type kepemimpinan fathernalistis d. Type kepemimpinan karismatis e. Type kepemimpinan demokratis Selain itu ada beberapa gaya kepemimpinan yang ditawarkan oleh pakar leadership, mulai dari yang klasik sampai kepada yang modern, yaitu ; a. Gaya kepemimpinan Kontinum b. Gaya managerial grid c. Tiga dimensi dari Reddin d. Gaya kepemimpinan situasional, model Hersey dan Blancard (dalam http:/endang965.wordpress.com/2007/04/06/gaya-kepemimpinan-dan-produktifitas kerja/). BAB II PEMBAHASAN
A. Pendewasaan Pimpinan Melalui Grid Type Kepemimpinan Unsur yang ada dalam kepemimpinan menurut Hadari Nawawi (1995 : 15) adalah; a. Adanya seorang yang berfungsi memimpin yang disebut pemimpin b. Adanya orang lain yang dipimpin c. Adanya kegiatan menggerakan orang lain, yang dilakukan dengan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah laku d. Adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sistimatis maupun bersifat suka rela e. Berlangsung berupa proses didalam kelompok atau organisasi, baik besar maupun kecil, dengan banyak ataupun sedikit orang yang dipimpin. Pemimpin membutuhkan kemampuan dan ketrampilan serta sifat-sifat yang memadai untuk dapat melaksanakan kegiatan. Ordway dan Tead (dalam Kartini Kartono, 1994 : 38) mengemukakan kemampuan dan sifat pemimpin sebagai berikut ; a. Energi jasmani dan mental, pemimpin memiliki daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga istimewa, dan didukung dengan semangat juang, motivasi kerja, disiplin, dan kesabaran. b. Kesadaran akan tujuan dan arah, pemimpin memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua prilaku yang dikerjakan, pemimpin tahu persis kemana arah yang akan ditujunya dan member manfaat bagi dirinya dan kelompok atau organisasi. c. Antusiasme, yaitu pekerjaan yang dilakukan demi tujuan yang akan dicapai membangkitkan optimism dan semangat besar pada pribadi maupun kelompok. d. Keramahan dan kecintaan, yaitu kasih sayang dan dedikasi, pimpinan dapat menjadi tenaga penggerak yang positif jika melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak dalam mencapai tujuan. e. Intergritas, yaitu dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan, agar dipatuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya. f. Penguasaan teknis, pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompok g. Ketegasan dalam mengambil keputusan, yaitu mengambil keputusan secara tepet, tegas, dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya. h. Kecerdasan, yaitu kemampuan pemimpin untuk melihat dan mematuhi dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara-cara penyelesaiannya dalam waktu yang singkat. i. Keterampilan mengajar, yaitu pemimpin harus mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong dan menggerakkan anak buahnya atau anggotanya untuk berbuat sesuatu. j. Kepercayaan, yaitu bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menjumpai, merasakan, bahkan mengalami berinteraksi secara langsung dengan pemimpin. Kita dapat memberikan penilaian terhadap kepemimpinan seseorang. Adakalanya penilaian kita itu positif, dalam arti kita menganggap pemimpin itu telah mencapai kedewasaan kepemimpinan. Namun tak jarang hasil penilaian itu negative, yang berarti pimpinan itu belum mencapai pada tataraf kedewasaan kepemimpinan. Dibawah ini akan diuraikan ciri-ciri pemimpin yang telah mencapai tataran kedewasaan kepemimpinan, yaitu ; • Sabar • Penuh daya tahan • Sanggup mengambil keputusan • Menyenangi pekerjaan • Menerima tanggung jawab • Percaya pada diri sendiri • Memilki rasa humor • Memiliki kepribadian yang utuh • Seimbang • Menerima diri sendiri • Memiliki prinsip yang kuat. Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam, bukan diluar. “Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok atau organisasi” (Hadari Nawawi, 1995 : 74). Funsi pemimpin menurut Hadari Nawawi (1995 : 74) memilki dua dimensi yaitu ; • Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpin. • Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atas keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan. Masih menurut Hadari Nawawi, secara opersional fungsi kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima fungsi yaitu ; 1) Fungsi Instruktif.. Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif, sehingga fungsi orang yang dipimpin tidak hanya melaksanakan perintah. 2) Fungsi Konsultatif. Menggunakan fungsi komunitatif secara multi arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan pertimbangan dan komunikasi dengan orang-orang yang dipimpin. 3) Fungsi Partisipasi. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berushamengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dalam tugas-tugas pokok sesuai dengan posisi masing-masing. 4) Fungsi Delegasi. Pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melasanakannya secara bertanggung jawab. Fungsi delegasi ini harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh pemimpin seorang diri. 5) Fungsi Pengendalian. Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mengatur efektifitas anggotanya seara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat melakukannya melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, dan pengaawasan. B. Type Pemimpin Disini akan dikupas type-type pemimpin beserta dengan cirri-cirinya. Ada lima type pemimpin yaitu : 1. Type Pemimpin Otokratis. Type pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak. Ciri-ciri pemimpin dengan type ini adalah ; • Menganggap organisasi adalah miliknya • Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi • Menganggap bawahan sebagai alat semata • Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat dari orang lain karena menganggap dirinya paling benar • Selalu bergantung pada kekuasaan formal • Dalam menggerakan bawahan menggunakan unsur paksaan dan ancaman Type otokratis ini mencerminkan bahwa pemimpin dengan type ini tidak menghargai hak-hak manusia. 2. Type Kepemimpinan Militeristis Perlu dicermati bahwa militeristis disini tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam Organisasi militer adalah bertype militeristis. Seorang pemimpin dengan type ini mempunyai sifat ; • Dalam menggerakan bawahan ada tugas yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama. • Dalam menggerakan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya • Senang kepada formalitas yang berlebihan • Menuntut disiplin tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan • Tidak mau menerima kritik dari bawahan • Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. 3. Type Fathernalistis. Pemimpin dengan type ini menggunakan pengaruh dengan sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan. Pendekatan yang dilakukan terkesan sentimentil. Sifat umum dari pemimpin dengan type ini adalah ; • Menganggap bawahan sebagai individu yang tidak dewasa • Bersikap terlalu melindungi • Jarang member kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan, karenannya jarang ada pelimpahan wewenang • Jarang memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreasi • Sering menganggap dirinya maha tahu. Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diperlukan. Akan tetapi ditinjau dari sifat-sifat negatifnya, pemimpin fathernalistis kurang menunjukan elemen kontiunitas terhadap organisasi yang dipimpinnya. 4. Type Kepemimpinan Karismatis Sampai saat ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki karisma. Yang diketahui hanya bahwa pemimpin dengan type ini memiliki daya tarik yang teramat besar, dan karennya memilki pengikut yang besar pula. Ada anggapan bahwa pemimpin dengan type ini diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers). Yang perlu menjadi catatan, bahwa kekayaan, umur, kesehatan, profil pendidikan, dan sebagaimanya tidak digunakan sebagai kriteria type pemimpin karismatis. 5. Type Kepemimpinan Demokratis Dari semua type kepemimpinan yang ada, type ini dianggap sebagai type kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena type kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Beberapa ciri-ciri type kepemimpinan ini adalah ; • Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia • Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi • Senang menrima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahan • Mentolerir kesalahan dengan memberikan pendidikan kepada bawahan agar tidak mengulang kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisiatif, dan prakarsa bawahan • Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan • Selalu berusaha menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya • Berusaha mengembangkan kapasitas dan kualitas diri sebagai pemimpin • Dan sebagainya Dari ciri sifat pemimpin dengan type demokratis tersebut, jelaslah tidak mudah untuk menjadi pemimpin dengan type demokratis. Namun dengan modal tekat dan kemauan diharapkan para pemimpin kita dapat melakukannya, minimal mendekati, sehingga akan tercipta suasana kerja yang harmonis. C. Syarat Pemimpin yang Baik Untuk menjadi pemimpin seperti yang diharapkan, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Walaupun hal itu belum ada kesepakatan dari para ahli, akan tetapi beberapa diantaranya adalah ; 1. Pendidikan umum yang luas 2. Pemimpin yang baik sekligus pemimpin yang genoralis yang baik pula 3. Memilki kemampuan berkembang secara mental 4. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi 5. Memiliki kemampuan analisis 6. Mermiliki daya ingat yang kuat 7. Mempunyai kapasitas integritas 8. Memilki ketrampilan berkomunikasi 9. Memilki ketrampilan mendidik 10. Personalitas dan obyektivitas 11. Pragmatism 12. Sederhana 13. Berani 14. Tegas 15. Dan sebagainya Pemimpin memilki peranan yang dominan dalam suatu organisasi. Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan keamanan kerja, kualitas kehidupan kerja, dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Sebagaimana dikatakan Hani Handoko (1999 : 293), bahwa pemimpin memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok organisasi, atau masyarakat untuk mencapai tujuan. Bagaimanapun juga kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan adalah faktor penting. Secara bahasa kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seorang pemimpin dalam usaha mengarahkan apa yang dipimpinnya. Stoner (dalam tanjung, 2006: 9) mendivinisikan Kepemimpinan sebagai suatu proses mengarahkan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang berhubungan dengan tugas-tugasnya. Kepemimpinan adalah bagian terpenting dari manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan evaluasi. Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian umum menunjukan suatau proses kegiatan memimpin, membibing, mengontrol prilaku, perasaan, serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah pengawasannya. Disinilah peran pemimpin berpengaruh besar dalam membentuk prilaku bawahan. D. Grid Gaya Kepemimpinan 1. Pendekatan Prilaku Kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah bagian dari pendekatan prilaku pemimpin yang memusatkan perhatian pada proses dinamika kepemimpinan dalam usaha mempengaruhi aktifitas individu untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu situasi tertentu, Tanjung (2006 : 11) Prilaku kepemimpinan cenderung diekspresikan dalam dua gaya kepemimpinan. Pertama, gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (Task Oriented). Manager berorientasi pada tugas mengarahkan dan mengawasi karyawan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan. Manager dengan gaya ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Kedua, gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan (Employee Oriented). Kepemimpinan dengan gaya ini mencoba lebih memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi, mendorong anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan, menciptakan suasana persahabatan, serta hubungan saling mempercayai dan menghormati antar anggota. Kedua gaya kepemimpinan tersebut , dapat dirasakan oleh bawahan secara langsung ketika pmipinan berinteraksi dengan bawannya. Setiap pemimpin meiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, dalam hal ini banyak faktor yang mempengaruhi prilaku pimpinan. Bawahan pada umumnya lebih menyukai gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan atau bawahan, karena merasa lebih dihargai dan diperlakukan secara manusiawi, sehingga mempengaruhi produktivitas kerja dan kepuasan kerja. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas, lebih menekankan pada penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan pada karyawan. Pimpinan umumnya lebih memperhatikan hasil pelaksanaan tugas daripada prosesnya. Keadaan tersebut membentuk kondisi tempat kerja menjadi kurang kondusif, sebab masing-masing karyawan hanya berkonsentrasi pada tugas yang harus diselesaikan karena terikat oleh waktu dan tanggung jawab. Pemimpin yang bijaksana umumnya lebih memperhatikan kondisi bawahan, pendekatan yang digunakan akan mendapat sambutan hangat dari bawahan sehingga proses mempengaruhi, menggerakan, dan mengarahkan akan berjalan lebih mudah dan berhasil dengan baik. Selain itu pemimpin harus dapat menciptakan hubungan interaksi multi arah, baik fertikal maupun horizontal. Berinteraksinya status-status yang berbeda dalam kondisi normal akan membawa dampak positif terhadap peningkatan kualitas kerja baik untuk pimpinan maupun bagi karyawan. Dalam gaya kepemimpinan yang mementingkan pelaksanaan kerjasama, pemimpin berkeyakinan bahwa dengan kerjasama yang intensif, efektif, dan efiesien semua tugas dapat dilaksanakan secara optimal. Disini yang mendapat perhatian utama adalah hasil, dan bukanya proses. Jika hasil tidak seperti yang diharapakan, tidak ada pilihan lain selain mengganti pelaksananya tanpa menghiraukan siapa orangnya. Pola ini menggambarkan kecenderungan Jika dalam organisasi tidak ada yang mampu maka akan dicari pengganti dari luar meski harus menyewa serta membayar lebih tinggi. Disini pemimpin hanya membuat beberapa keputusan penting pada tingkat tinggi dengan pemahaman yang konseptual. Pemimpin yang efektif dalam organisasi atau kelompok menggunakan disentralisasi dalam membuat keputusan. Hal tersebut akan memberikan kewenaangan lebih besar pada anggota serta melaksanakan sharing dalam memutuskan suatu masalah. 2. Teori Kepemimpinan Situasional dalam mengembangkan teori kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchart (dalam Tanjung, 2006 : 17), mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif berbeda-beda sesuai dengan kematangan bawahan. Kematangan atau kedewasaan bukan sebagai sebatas usia atau emosional melainkan sebagai keinginan untuk menerima tanggung jawab, dan kemampuan serta pengalaman yang berhubugan dengan tugas. Hubungan antara pimpinan dan bawahan bergerak melalui empat tahap yaitu: a. Tahap 1, HUBUNGAN tinggi dan TUGAS rendah Ketika pertamakali memasuki organisasi, gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas paling tepat digunakan b. Tahap 2, TUGAS rendah dan HUBUNGAN rendah Pada tahap kedua, gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas masih penting karena bawahan belum mampu menerima tanggung jawab yang penuh. Namun kepercayaan dan dukungan pimpinan terhadap bawahan dapat meningkat sejalan dengan makin akrabnya dengan bawahan dan dorongan yang diberikan kepada bawahan untuk berupaya lebih lanjut. c. Tahap 3, TUGAS tinggi dan HUBUNGAN tinggi kemampuan dan motifasi prestasi bawahan meningkat, dan bawahan secara aktif mencari tanggung jawab lebih besar, sehingga pemimpin tidak perlu lagi bersifat otoriter. d. Tahap 4, TUGAS tinggi dan HUBUNGAN rendah. Bawahan lebih yakin dan mampu mengarahkan diri karena pengalaman, pimpinan dapat mengurangi jumlah dukungan dan dorongan. Bawahan sudah mampu berdiri sendiri dan tidak memerlukan atau mengharapkan pengarahan yang detail dari pimpinannya. Pelaksanaan gaya kepemimimpinan sotuasional sangat bergantung dengan kematangan bawahan, sehingga perlakuan terhadap bawahan tidak akan sama baik dilihat dari umur atau masa kerja. 3. Gaya kepemimpinan fiedler Di sini fiedler mengembangkan suatu model yang dinamakan model Kontingensi Kepemimpinan Yang Efektif (A Contingency Model of Leadership Effectiveness), terdapat hubungan antar gaya kepemimpinan dengan situasi yang menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi sebagai berikut : a. Derajat situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan, dan mempengaruhi situasi. b. Derajat situasi yang menghadapkan manajer dengan ketidak kepastian. Gaya kepemimpinan di atas, sama dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan dan berorientasi pada tugas, seperti yang telah di jelaskan sebelumnya. Fiedler mengukur gaya kepemimpinan dangan skala yang menunjukan tingkat kemampuan seseorang dalam menguraikan secara menguntungkan. 4. Gaya kepemimpinan menurut likert Menurut likert (dalam Handoko, 1999 : 311), bahwa pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participative management, yaitu keberhasilan pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan, dan mendasarkan pada komunikasi. Selanjutnya ada empat system kepemimpinan dalam management yaitu: a. System 1, dalam system ini pemimpin bergaya otoriter (ekspoitiveauthoritive). Pemimpin hanya mau memperhatikan pada komonikasi yang turun kebawah, dan hanya membatasi proses pengambilan keputusan di tingkat atas saja. b. System 2, dalam system ini pemimpin dinamakan otokratis yang baik hati (benevolent autthoritif). Pemimpin mempunyai kepercayaan yang terselubung, percaya kepada bawahan, mau memotifasi dengan hadiah-hadiah tetapi bawahan merasa tidak bebas untuk membicrakan sesuatu yang berkaitan dengan tugas pekerjaannya dengan atasannya. c. System 3, dalam system ini gaya kepemimpinan yang konsultatif. Pemimpin menentukan tujuan, dan mengemukakan pendapat berbagai ketentuan yang bersifat umum, sesudah melalui proses diskusi dengan para bawahan. Bawahan disini merasa sedikit bebas untuk membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan tugas pekerjaannya bersama dengan atasannya. d. System 4, dalam system ini dinamakan pemimpin yang bergaya berkelompok paritisipatif (participative group). Karena dalam penentuan tujuan dan pengambilan keputusan ditentukan bersama. Bawahan merasa secara mutlak mendapat kebebasan untuk membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan tugasnya bersama denang atasannya. Dari keempat system diatas, system ke 4 mempunyai kesempatan lebih besar untuk sukses sebagai pemimpin, karena mempunyai organisasi yang lebih produktif. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang di maksud dengan gaya kepemimpinan dalam tulisan ini adalah penilaian bawahan atau karyawan terhadap gaya kepemimpinan seorang pimpinan atau atasan dalam mempengaruhi bawahannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Pandangan atau penilaian bawahan terhadap pimpinan dapat digolongkan dalam 3 kategori yaitu: a. Gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas, indicator yang tampak adalah ; (1) Pengawasan yang ketat (2) Pelaksanaan tugas (3) Memberi petunjuk, dan (4) Mengutamakan hasil dari pada proses. b. gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan, indicator yang tampak adalah ; (1) Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan (2) Memnberikan dukungan (3) Kekeluargaan (4) kerjasama c. gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tingkat kematangan bawahan, indicator yang tampak adalah ; (1) Ketekunan bekerja (2) Aktif (3) Pengalaman.
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan Untuk dapat mempengaruhi, menggerakan, dan mengarahkan orang lain, pemimpin membutuhkan kemampuan dan ketrampilan serta sifat-sifat yang memadai sebagai bekal dalam melaksanakan kegiatannya. Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, kepemimpinan itu harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok. Hal ini mengisaratkan bahwa setiap pemimpin harus berada di dalam situasi kelompok atau organisasi, bukannya berada diluar. Dari beberapa type kepemimpinan, type demokratis dianggap sebagai type yang paling idial untuk dipraktikan dalam keseharian, karena type ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan individu. Kedewasaan kepemimpinan tercermin pada setiap tindakannya. Ciri-ciri tingkah laku yang tampak dalam pelaksanaan kegiatannya diantaranya adalah ; • Sabar • Penuh daya tahan • Sanggup mengambil keputusan • Menyenangi pekerjaan • Menerima tanggung jawab • Percaya pada diri sendiri • Memilki rasa humor • Memiliki kepribadian yang utuh • Seimbang • Menerima diri sendiri • Memiliki prinsip yang kuat. 2. Saran • Makalah ini hanya sekelumit pemikiran yang mungkin dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan para pemimpin atau calon pemimpin, dalam menempa diri kearah kematangan diri. • Prestasi yang sudah dicapai oleh lembaga khususnya lembaga pemerintah kiranya dapat didesiminasikan kepada lembaga lain, sehingga terdapat kesejajaran dalam pengelolaan lembaga dan pelayanan public. • Buat segenap pimpinan, kelompok, organisasi atau lembaga agar selalu membuka diri terhadap kritik dan masukan, serta terus berusaha untuk mendewasakan prilaku kepemimpinannya. • Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan peningkatan kualitas sumber daya manusia, sehingga memilki kemampuan untuk turut mengangkat harkat dan martabat bangsa di mata bangsa-bangsa dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Ary Gunawan, 1996. Administrasi Sekolah, PT Rineka Cipta, Jakarta. Arif Rahman Tanjung, 2006. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Pada SMA Negeri I Gunung Sindur Bogor, Skripsi tidak dipublikasikan, Program Strata Satu Manajemen Pendidikan Kependidikan Islam UNISNEG SYAHID, Jakarta. Depdiknas, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Jakarta. Hani T. Handoko, 1999. Manajemen edisi 2. Yogyakarta: BPFE Nitisemito, Alex. 1982. Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia), Ghalia Indonesia, Jakarta. Hadari Nawawi, 1995. Kepemimpinan yang Efektif, PT. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. http://www.scribd.com/doc/29395404/19/Pengertian-Dewasa-dan-Ciri-ciri Kedewasaan http://endang965.wordpress.com/2007/04/06/gaya-kepemimpinan-dan-produktivitas kerja/. Kartini Kartono, 1994 . Pemimpin dan Kepemimpinan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. M. Arif Djamaluddin, 1977. Sistem Perencanaan Pembuatan Program dan Anggaran, Suatu Pengantar, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Miftah Thoha, 1996. Perilaku Organisasi, PT. Raja Erfindo Persada, Jakarta. Nawawi Hadari dan M. Martini Hadari, 1995. Kepemimpinan yang Efektif, PT.Gajah Mada University Press, Yogjakarta. Onong Uchjana Effendy, 1977. Kepemimpinan dan Komunikasi, PT.Gunung Agung, Jakarta. Vincent P. Costa, 2000. Panduan Pelatihan untuk Pengembangan Sekolah, Depdiknas Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar